Rabu, 02 Februari 2011

Ingatlah Orang Tuamu

Hari ini, marilah kita menyisihkan waktu sedikit, untuk mengingat kembali seluruh masa kehidupan kita, dari tangis pertama. Pasti, kalau kita mau jujur, terlalu banyak telah kesakitan yang kita berikan untuk orang tua kita. Beberapa di bawah ini hanya bagian kecil saja.

Waktu kamu berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu. Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Waktu kamu berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang. Sebagai balasannya, kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna. Sebagai balasannya, kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah. Sebagai balasannya, kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kamu berteriak "NGGAK MAU,!"

Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai dalasannya, kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu. Sebagai balasannya, kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang, sampai pesta ulang tahun. Sebagai balasannya, kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop. Sebagai balasannya, kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa. Sebagai balasannya, kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya. Sebagai balasannya, kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan,. Sebagai balasannya, kamu nggak pernah menelponnya.

Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil. Sebagai balasannya, kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting. Sebagai balasannya, kamu pakai telpon nonstop semalaman

Waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA. Sebagai balasannya, kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen.

Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya "Darimana saja seharian ini?" Sebagai balasannya, kamu menjawab "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."

Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu. Sebagai balasannya, kamu bilang "Aku nggak mau seperti kamu."

Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi. Sebagai balasanmu, kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan. Sebagai balasannya, kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."

Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu. Sebagai balasannya, kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."

Waktu kamu berumur 40 tahun, dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu. Sebagai balasannya, kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu."

Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya

dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang, dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, dan itu menghantam hatimu bagaikan pukulan godam.

Maka, jika orangtuamu masih ada, berikanlah kasih sayang dan perhatian lebih dari yang pernah kamu berikan selama ini. Jika orang tuamu telah tiada, ingatlah kasih sayang dan cintanya yang tanpa syarat dan tulus.

Do'akanlah selalu orang tua kita, saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita agar selalu mendapat Berkah dan Rahmat-NYA Hidup ini hanya sekali untuk itu berbuatlah yang terbaik kepada sesama walaupun hanya melalui doa.

renungan Ibu

bertengkar itu indah

Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga. Kalau seseorang berkata, "Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya!" kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristri, dan atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati saat-saat bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi saat-saat tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja diantarkan dalam muatan emosi.

Kalau tahu etikanya, dalam bertengkar pun kita bisa mereguk hikmah. Betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan-pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Ketika akan menikah, cobalah untuk memikirkan dan merancang masa depan kehidupan berumah tangga. Satu hal yang jangan sampai terlupa adalah, merumuskan apa yang harus dilakukan jika bertengkar. Beberapa poin di bawah ini barangkali bisa menjadi "ikatan pengertian" di saat bertengkar.

Kalau bertengkar tidak boleh berjamaah. Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjamaah. Seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika Anda marah dan dia mau menyela, segera Anda katakan, "STOP! ini giliran saya!"

Begitupun jika giliran dia yang marah, jangan ikut ambil bagian. Katakan dalam hati, "Guh kekasih, bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka divpadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu...."

Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah usang. Siapa pun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapa pun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangun.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apa pun kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras". Tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis, sepedas apa pun saya marah, maka itu adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dengan kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya," maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups! saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.

Padahal kalau cintanya mati, siapa yang sudah?

Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga!
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa waktu, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).

Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dia marahi. Tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapa pun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".

Kata ayah saya, "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak." Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari maafnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..." Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

Kalau marah jangan di depan anak anak!
 Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita. Karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya? Membela ibu, tapi itu kan bapak saya.

Misal, ketika anak mendengar ayah-ibunya bertengkar:

Ibu : "Saya ini capek, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, memang saya ini babu?!"

Bapak : "Saya juga capek, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu. Saya datang hormatmu tak ada, memang saya ini kuda?!"

* Anak : "Yaaa ... Ibu saya babu, Bapak saya kuda .... terus saya ini apa?"

Kita harus berani berkata : "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita?

Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat!
Pada setiap tahiyyat kita berkata, "Assalaa-mu 'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin," Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh.

Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai-Nya, padahal nyawamu di tangan-Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis Maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi. Marahlah habis Subuh, tapi jangan lewat waktu Zuhur, Atau maghrib sebatas Isya... Atau habis Isya sebatas..? Nnngg... Ah kayaknya kita sepakat kalau habis Isya sebaiknya memang tidak bertengkar...

Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens" ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.

hidup makna kehidupan,,

Allah tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru,,
bunga selalu mekar,,
dan mentari selalu bersinar,,

tapi ketahuilah,,
bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap usainya hujan,,
senyum di setiap air mata,,
dan jawaban atas semua doa,,

hidup itu bukanlah sebuah tujuan,,
malainkan perjalanan,,
maka nikmatilah,,
hidup itu suatu tantangan,,
maka hadapilah,,
hidup itu merupakan anugrah
maka terimalah,,
hidup adalah pertandingan,,
maka menangkanlah,,
hidup itu suatu tugas dan amanah,,
maka tuntaskanlah,,
hidup adalah cita-cita,,
lalu capailah,,
hidup adalah kesempatan,,
maka ambillah,,
hidup seperti lagu,,
lalu nyanyikanlah,,
hidup itu ibarat janji,,
maka penuhilah,,
hidup adalah keindahan,,
maka bersyukurlah,,
dan hidup adalah sebuah teka teki,,
maka pecahkanlah,,
jalani hidup ini dengan penuh keikhlasan,,
jangan pernah menyerah,,
dan yakinlah,,
bahwa di setiap langkahmu adalah ibadah,,
^_^

Ronan Keating - Iris